thepichost.com |
Membahas
tentang cinta memang tak akan pernah lekang oleh waktu, semua usia dari tua
hingga muda pasti akan antusias bila mendengar kata ini. Ya, cinta bisa merubah
segalanya. Seseorang yang biasanya gugup dalam berbicara, dikarenakan cinta
berubah bak orator ulung. Orang yang biasanya penakut, bisa berubah menjadi
ksatria karena cinta. Jika diibaratkan sebuah padang gersang, maka cinta ialah
hujan yang menumbuhkan tanam-tanaman serta membawa kehidupan baru. Sepintas tak
ada yang salah dengan cinta, karena memang sejatinya manusia ada disebabkan
cinta-Nya terhadap kita umat manusia.
Jika
di awal disebutkan bahwa cinta bisa membawa harapan atas kehidupan baru, maka
sesungguhnya cinta juga bisa menghadirkan kebencian yang tak terelakkan. Kondisi
yang berbanding terbalik dimana akan selalu ada positif dengan negatif, baik
dengan buruk, dan lainnya. Semua pasti memiliki sesuatu yang berlawanan dengan
keadaan sebelumnya, dan itu sudah digariskan oleh alam. Kembali kepada esensi
tentang cinta yang menghadirkan kebencian yang tak terelakkan, adakalanya kita
menyimak pepatah bijak berikut ini:
“Jika engkau
mencintai sesuatu, maka cintailah ia dengan sewajarnya dan jangan berlebihan.
Begitu pula jika engkau membenci sesuatu, maka bencilah ia juga dengan sewajarnya dan jangan berlebihan. Karena
engkau tak akan pernah tahu bahwa hal yang awalnya engkau benci bisa jadi akan
baik untukmu, begitu pula sebaliknya engkau tak akan pernah tahu bahwa hal yang
awalnya engkau cinta bisa jadi akan buruk untukmu...”
Bagi orang yang baru membaca
pepatah di atas, mungkin akan merasa bahwa mustahil cinta akan menghadirkan
kebencian. Suatu hal yang kontradiktif dimana cinta biasanya identik dengan
berkasih-kasihan antara satu dengan yang lain. Sah-sah saja bila mereka menilai
demikian, tapi pepatah tersebut juga ada benarnya. “Jika engkau mencintai
sesuatu, maka cintailah ia dengan sewajarnya dan jangan berlebihan..”, sesuatu
yang berlebihan memang akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kita dan
ini juga berlaku untuk cinta itu sendiri, cinta yang berlebihan akan membuat
seseorang menjadi hamba bagi apa yang dicintainya tersebut dan ini akan
menyalahi kodrat cinta sebagai sesuatu yang suci.
Cinta sebagai suatu hal yang
suci sengaja diciptakan ke dalam jiwa-jiwa kita sebagai bentuk dari rasa
cinta-Nya kepada kita agar kita berpikir tentang-Nya. Cinta inilah yang pada
akhirnya akan membuat kita mengenal satu sama lain, memahami dan kemudian
mengambil pelajaran dari apa-apa yang belum kita miliki dan justru ada di orang
lain. Maka, adalah suatu hal yang sangat fatal jika pada akhirnya cinta tadi
membuat seseorang menjadi hamba bagi apa yang dicintainya tersebut menafikan
fungsi cinta itu sendiri agar lebih dekat kepada-Nya.
Menjadi hamba bagi apa yang
dicintainya akan lebih bermakna jika yang dicintai adalah Tuhannya Yang Maha
Esa, tak peduli seberapa berat siksaan yang diterima akibat memegang teguh
kecintaan terhadap-Nya. Kecintaan seperti inilah yang justru akan membawa hamba
tersebut semakin dicintai oleh-Nya dengan diberikan ganjaran mahligai di surga
dimana di bawahnya mengalir sungai-sungai serta pemandangan yang meneduhkan
hati. Lain halnya dengan menghambakan diri kepada sesuatu yang nilainya sama
atau bahkan lebih rendah dari dirinya.
Kecintaan terhadap lawan jenis,
harta maupun tahta akan menjadi sia-sia bila tak didasari dengan ketakwaan
kepada-Nya. Kecintaan ini pada akhirnya akan membawa orang yang terjangkiti ke
dalam kondisi yang memilukan, sepanjang waktunya hanya dipersembahkan untuk
sesuatu yang tak akan pernah dibawanya kelak ketika ia wafat. Setiap detik,
menit, jam, hari, bulan dan tahun akan terbuang percuma dikarenakan mencintai
sesuatu yang fana tersebut dan pada akhirnya yang ia cintai akan
meninggalkannya satu demi satu tanpa sisa.
Kembali ke konteks awal
mengenai cinta yang menghadirkan kebencian yang tak terelakkan, kondisi ini
terjadi jika seseorang yang pada awalnya sangat mencintai sesuatu tiba-tiba
berubah menjadi sangat membenci apa yang tadinya ia cintai tersebut. Kecintaan
yang biasanya dilukai oleh kekecewaan, keraguan serta pengkhianatan yang serta
merta menjadi api dalam sekam menghanguskan semua cinta yang pernah ada. Tak
jarang, kebencian ini makin menjadi dalam bentuk dendam bahkan jika sudah parah
bisa berakhir pada tindakan bunuh diri.
Sejatinya, cintalah yang memanusiakan manusia, memberi
warna dalam kehidupan dan menjadi harapan baru atas kehidupan yang lebih baik
di kemudian hari. Cinta juga yang menyebabkan dunia ini indah dalam perbedaan
karena memang cinta itu sendiri awalnya yang membuat kita saling mengenal,
memahami dan menerima perbedaan satu sama lain. Maka, adalah suatu tindakan
yang salah bila kita menghambakan diri pada cinta dengan tujuan dan maksud yang
salah. Sehingga pada akhirnya cinta tadi berubah menjadi benci, merubah
perasaan yang tadinya bahagia menjadi tersiksa dan tak jarang berakhir pada
tindakan balas dendam atau bunuh diri. Na’udzubillah. Semoga kita dijaga
oleh-Nya agar selalu dikaruniakan cinta yang mengarah untuk selalu dekat
kepada-Nya.
Aamiin...
Ciputat, 20 Januari 2014
*tulisan ini juga diposting di website OWOP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar