Label

Rabu, 21 Januari 2015

Cinta, Sebuah Perspektif


thepichost.com

Membahas tentang cinta memang tak akan pernah lekang oleh waktu, semua usia dari tua hingga muda pasti akan antusias bila mendengar kata ini. Ya, cinta bisa merubah segalanya. Seseorang yang biasanya gugup dalam berbicara, dikarenakan cinta berubah bak orator ulung. Orang yang biasanya penakut, bisa berubah menjadi ksatria karena cinta. Jika diibaratkan sebuah padang gersang, maka cinta ialah hujan yang menumbuhkan tanam-tanaman serta membawa kehidupan baru. Sepintas tak ada yang salah dengan cinta, karena memang sejatinya manusia ada disebabkan cinta-Nya terhadap kita umat manusia.
Jika di awal disebutkan bahwa cinta bisa membawa harapan atas kehidupan baru, maka sesungguhnya cinta juga bisa menghadirkan kebencian yang tak terelakkan. Kondisi yang berbanding terbalik dimana akan selalu ada positif dengan negatif, baik dengan buruk, dan lainnya. Semua pasti memiliki sesuatu yang berlawanan dengan keadaan sebelumnya, dan itu sudah digariskan oleh alam. Kembali kepada esensi tentang cinta yang menghadirkan kebencian yang tak terelakkan, adakalanya kita menyimak pepatah bijak berikut ini:
“Jika engkau mencintai sesuatu, maka cintailah ia dengan sewajarnya dan jangan berlebihan. Begitu pula jika engkau membenci sesuatu, maka bencilah ia juga dengan  sewajarnya dan jangan berlebihan. Karena engkau tak akan pernah tahu bahwa hal yang awalnya engkau benci bisa jadi akan baik untukmu, begitu pula sebaliknya engkau tak akan pernah tahu bahwa hal yang awalnya engkau cinta bisa jadi akan buruk untukmu...”
Bagi orang yang baru membaca pepatah di atas, mungkin akan merasa bahwa mustahil cinta akan menghadirkan kebencian. Suatu hal yang kontradiktif dimana cinta biasanya identik dengan berkasih-kasihan antara satu dengan yang lain. Sah-sah saja bila mereka menilai demikian, tapi pepatah tersebut juga ada benarnya. “Jika engkau mencintai sesuatu, maka cintailah ia dengan sewajarnya dan jangan berlebihan..”, sesuatu yang berlebihan memang akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kita dan ini juga berlaku untuk cinta itu sendiri, cinta yang berlebihan akan membuat seseorang menjadi hamba bagi apa yang dicintainya tersebut dan ini akan menyalahi kodrat cinta sebagai sesuatu yang suci.
Cinta sebagai suatu hal yang suci sengaja diciptakan ke dalam jiwa-jiwa kita sebagai bentuk dari rasa cinta-Nya kepada kita agar kita berpikir tentang-Nya. Cinta inilah yang pada akhirnya akan membuat kita mengenal satu sama lain, memahami dan kemudian mengambil pelajaran dari apa-apa yang belum kita miliki dan justru ada di orang lain. Maka, adalah suatu hal yang sangat fatal jika pada akhirnya cinta tadi membuat seseorang menjadi hamba bagi apa yang dicintainya tersebut menafikan fungsi cinta itu sendiri agar lebih dekat kepada-Nya.
Menjadi hamba bagi apa yang dicintainya akan lebih bermakna jika yang dicintai adalah Tuhannya Yang Maha Esa, tak peduli seberapa berat siksaan yang diterima akibat memegang teguh kecintaan terhadap-Nya. Kecintaan seperti inilah yang justru akan membawa hamba tersebut semakin dicintai oleh-Nya dengan diberikan ganjaran mahligai di surga dimana di bawahnya mengalir sungai-sungai serta pemandangan yang meneduhkan hati. Lain halnya dengan menghambakan diri kepada sesuatu yang nilainya sama atau bahkan lebih rendah dari dirinya.
Kecintaan terhadap lawan jenis, harta maupun tahta akan menjadi sia-sia bila tak didasari dengan ketakwaan kepada-Nya. Kecintaan ini pada akhirnya akan membawa orang yang terjangkiti ke dalam kondisi yang memilukan, sepanjang waktunya hanya dipersembahkan untuk sesuatu yang tak akan pernah dibawanya kelak ketika ia wafat. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun akan terbuang percuma dikarenakan mencintai sesuatu yang fana tersebut dan pada akhirnya yang ia cintai akan meninggalkannya satu demi satu tanpa sisa.
Kembali ke konteks awal mengenai cinta yang menghadirkan kebencian yang tak terelakkan, kondisi ini terjadi jika seseorang yang pada awalnya sangat mencintai sesuatu tiba-tiba berubah menjadi sangat membenci apa yang tadinya ia cintai tersebut. Kecintaan yang biasanya dilukai oleh kekecewaan, keraguan serta pengkhianatan yang serta merta menjadi api dalam sekam menghanguskan semua cinta yang pernah ada. Tak jarang, kebencian ini makin menjadi dalam bentuk dendam bahkan jika sudah parah bisa berakhir pada tindakan bunuh diri.
Sejatinya, cintalah yang memanusiakan manusia, memberi warna dalam kehidupan dan menjadi harapan baru atas kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Cinta juga yang menyebabkan dunia ini indah dalam perbedaan karena memang cinta itu sendiri awalnya yang membuat kita saling mengenal, memahami dan menerima perbedaan satu sama lain. Maka, adalah suatu tindakan yang salah bila kita menghambakan diri pada cinta dengan tujuan dan maksud yang salah. Sehingga pada akhirnya cinta tadi berubah menjadi benci, merubah perasaan yang tadinya bahagia menjadi tersiksa dan tak jarang berakhir pada tindakan balas dendam atau bunuh diri. Na’udzubillah. Semoga kita dijaga oleh-Nya agar selalu dikaruniakan cinta yang mengarah untuk selalu dekat kepada-Nya.
Aamiin...

Ciputat, 20 Januari 2014


*tulisan ini juga diposting di website OWOP