Label

Senin, 23 Februari 2015

Makna Melepaskan

       Sore kemarin, seperti biasa gue menjalani hari dengan aktivitas ringan. Membaca buku sambil berbaring atau sekedar duduk-duduk santai. Seperti biasa pula gue menengok grup whatsapp OWOP yang tak pernah henti berceloteh dengan segala hal yang menjadi bahasannya >_<.  Namun, ada yang membuat gue tersentak ketika menemukan kembali kata melepaskan. Sebuah kata yang membawa kembali ke masa itu dimana melepaskan menjadi hal yang cukup perih disini *nunjuk ke hati*.
       Melepaskan sejatinya ialah merelakan sesuatu yang seharusnya belum bisa kita raih, entah karena kita belum pantas atau memang kitanya yang ga serius untuk meraih dan memilikinya. Dalam hidup gue, ada dua hal yang pernah terlepas dari genggaman: melepaskan mimpi dan seseorang yang cukup berkesan di hati, hiks..
       Tulisan pagi ini sengaja dibuat untuk kalian agar bisa menjadi pelajaran bahwa melepaskan ga selamanya dimaknai dengan kesedihan yang berlarut-larut, bahkan malah seharusnya dimaknai dengan senyuman karena ada hikmah di dalamnya :').
       Okay, pertama gue akan share sedikit tentang melepaskan mimpi. Siapa di antara kalian yang punya mimpi? Banyak? Oke, bagus. Siapa di antara kalian yang punya mimpi dan akhirnya tercapai? Banyak juga? Bagus. Nah, gue tanya lagi nih siapa yang punya mimpi tapi harus kandas karena satu dan lain hal? Banyak banget? Samaaa, hehehe.
       Oke, cukup bercandanya *galak*. Langsung to the point aja  ya, hal yang pertama gue lepas ini adalah ketika gue dengan sangaaat terpaksa harus merelakan untuk tidak melanjutkan kuliah di bidang sejarah. Kenapa sejarah? Karena ini adalah mata pelajaran yang paling gue suka semasa SMA, jadi adalah suatu kebahagiaan jika akhirnya gue melanjutkan studi di bidang yang gue suka tadi.
       Tapi, jauh panggang dari api mimpi gue tersebut ditolak oleh bokap dengan alasan masa depannya suram, "mau jadi apa kamu kalo di jurusan itu?!", katanya. Iya juga sih sebenernya, kadang kalo udah cinta bisa bikin kita buta, bahkan tahi ayam bisa berasa… (isi sendiri :-P). 
       Lanjut, fix lah gue down habis bokap ngomong gitu. Galau ga ketulungan sampe mengurung diri di kamar berbulan-bulan *halah. Melihat gue yang kaya gitu akhirnya beliau iba, diajaklah gue ngobrol tentang ini itu, mulai dari kalkulasi biaya kuliah dan tetek bengeknya. Dan setelah itu gw nurut, nge-iyain jurusan yang beliau ajuin buat masa depan gue yaitu jurusan akuntansi.
       Di akuntansi ini ternyata gue dapet banyak hal yang akhirnya membangkitkan diri, mulai dari teman-teman yang menginspirasi sampe momen-momen yang bikin gue ter-upgrade dengan sendirinya. Singkat cerita, ternyata ada hikmah di balik ga kesampeannya mimpi gue untuk kuliah di jurusan sejarah dan Allah SWT menggantinya dengan hal-hal menarik di akuntansi. Disini, melepaskan gue tangkap sebagai pengorbanan. Ya, pengorbanan ego pribadi untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
       Buat kalian yang saat ini mimpinya harus kandas di tengah jalan, jangan khawatir, Insya Allah ada penggantinya yang lebih bagus. Lebih bermanfaat dan lebih bermakna juga tentunya buat diri kalian. Mungkin bagi kita baik, tapi bisa jadi nggak baik di mata Allah SWT :-).
       Oke, berhubung 2 hari ke depan gue akan menghadapi momen terpenting dalam hidup maka dengan sangat terpaksa tulisan ini harus gue cukupkan disini. Setelah semua selesai, tulisan ini masih akan gue sambung, tenang aja. Tentunya dengan tema yang sama tapi beda pembahasan, yaitu makna melepaskan seseorang yang cukup berkesan di hati :').

Cukup ya, babhay…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar